Selasa, 21 April 2009

Imuninasi IPD

Semalem kami pergi ke klinik mengatar Jodie untuk imunisasi IPD. Tepat di umur Jodie yang ke-10 bulan. hehehe.. udah gede yah.. ga kerasa..
Tiga hari sebelumnya kami (actually it was only me who called them) harus bikin appointment dulu untuk booking vaksin dan dokter anak juga.
Imunisasi IPD itu emang belom populer seperti imunisasi lain yg diwajibkan pemerintah. Bisa dibilang itu cuma optional ajah. Kalo mau ya silakan, nggak juga silakan, asal tanggung sendiri kalo ada apa2.
Walopun namanya optional, tapi tetep aja sifatnya penting bgt buat para balita untuk dapetin vaksinasi ini. Emang sih harganya muahal buangeddhh.. Makanya parents yang ga mampu untuk bayar vaksinasi IPD jadinya membiarkan anaknya untuk tetap tidak terjamah vaksin IPD tsb (mungkin sambil berdoa semoga anaknya baik-baik aja).
Minggu lalu waktu booking vaksin di klinik, si suster di sana bolak-balik telepon aku untuk konfirmasi tentang jadi/tidaknya aku ke sana. Karena vaksin di klinik itu tidak ready stock, dan mereka harus beli dulu di tempat lain. FYI, tidak ready stock ditengarai karena harganya yang muahal (buat orang biasa kayak aku), jadi klinik tsb hanya melayani upon request ajah.
Singkat cerita kami akhirnya harus mengeluarkan duit Rp. 1.120.000,- (satu juta seratus dua puluh ribu rupiah) untuk biaya imunisasi IPD. Biaya tsb utk membayar biaya vaksin seharga Rp.975 ribu dan sisanya untuk biaya dokter dan administrasi. Mahal yahhh??? Emberrrr...
Tadinya kirain HIB doang yg mahal (Rp. 300 rb), eh ternyata masih ada lagi yg jauh lebih mahal. Pfffhhhh.... Demi anak, apapun dijabanin deh.. Menurut dokter anak langganan kami, Jodie harus balik lagi 2 kali lagi untuk dapetin imunisasi yang sama.
Kalo belom tau soal imunisasi IPD, berikut ini info penting seputar imunisasi tsb yang diambil dari Pikiran Rakyat Online, Sabtu, 13 Desember 2008 .
Vaksinasi IPD (Invasive Pneumococcal Disease) pada balita bisa menurunkan tingkat prevalensi sebanyak 95%. Demikian diungkapkan oleh dokter Spesialis Anak Ariantana, dalam diskusi mengenai "Ibu dan Anak Sehat Bersama Santosa Kids Club" di RS Internasional Santosa Bandung, Sabtu (13/12).

IPD adalah vaksin untuk mencegah bakteri Streptococcus pneumoniae yang menyebar melalui darah dan bersifat merusak (invasive). Beberapa penyakit yang termasuk dalam golongan ini adalah radang paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis), infeksi darah (bakteremia), dan sepsis (kelanjutan infeksi darah yang mengakibatkan syok dan kegagalan fungsi organ tubuh).
"Efek samping penderita yang sudah terkena bakteri ini hanya 2, yaitu kasus meninggal atau sembuh dengan gejala sisa," kata Ariantana. Gejala sisa tersebut seperti terhambatnya kecerdasan anak.

Untuk itu, balita sebaiknya diberikan vaksinasi penuh IPD sebanyak 3 kali, yaitu ketika berusia 2, 4, dan 6 bulan. "Dengan pemberian sebanyak 3 kali, vaksin ini bisa bekerja dengan cara merangsang sistem kekebalan dan menciptakan memori pada sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh akan terhindar dari serangan bakteri ini di kemudian hari," kata Ariantana.
Menurut Ariantana, tingkat kemungkinan anak-anak terjangkit bakteri ini adalah 30%. Sedangkan berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 700.000 hingga 1 juta anak meninggal dunia tiap tahunnya karena IPD, terutama di negara-negara berkembang.

"Di Indonesia saja, ada 6 juta orang yang meninggal karena penyakit IPD setiap tahunnya," kata Ariantana. Sedangkan berdasarkan survei Departemen Kesehatan 2001 menyebutkan, pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di Indonesia, dengan persentase mencapai 23 persen.

Kamis, 02 April 2009

Investasi di mana?

Duh, binun deh akhir-akhir ini. Semenjak sering dengerin Financial Clinic nya Ligwina Hananto di HRFM dan baca blognya Wina juga tentang investasi, hati dan pikiranku mulai gundah gulana. (huhhhhh... lebay bgt dehhhh bahasanya...)
It's all about investment. Where should I put my money to make it grow faster for future life?
Kata Wina semua tergantung tujuan lo apa.

Waktu masih single dan happy (dudi.. dudidam..) aku udah mulai nabung untuk dana pensiunku sendiri. Mengingat aku bukan PNS yang gajinya udah dipotongin sama pemerintah untuk dana pensiun dan kemudian dapet jatah pensiun yang suangat minim (baca: ga cukup buat hidup enak) di masa tua, jadi aku bikin plan sendiri untuk dana pensiunku nanti.
Kebetulan saat itu aku nemuin jenis investasi unitlink dari asuransi P. Saat itu aku mantabbb sekali untuk invest di unitlink dan sangat pede dengan masa tuaku nanti yang Insya Allah akan tetap berkecukupan. Tapi rupanya ide itu terdistorsi dengan adanya ide lain yaitu: reksadana.

Kalo aku itung pake financial calculator di webnya QM, dengan perhitungan dana bulanan yang aku habiskan untuk biaya hidupku sendiri (inget, aku sendiri, tanpa suami dan anak lo yah!) ternyata dana yang aku butuhkan untuk pensiun di usia 55 nanti adalah sekitar 5M!
Iya bener, 5M - M for Milyar (billion) yah, bukan million (juta).
Kaget, sure, if you don't know how it works. Aku juga ga tau pastinya gmn sih cara itungnya, cuma yang aku tau jumlah segitu adalah juga memperhitungkan inflasi dari tahun ke tahun.

Karena adanya inflasi. nilai sekarang akan jauh lebih sedikit dibanding sekian tahun yg akan datang. Kalo ga pinter ngatur dan ngolah duit, bisa-bisa kita menderita di hari tua.

Kata Ligwina lagi, seberapa gede gaji lo ga penting, yang penting adalah berapa sisanya yang bisa lo tabungin atau investasiin untuk masa depan. Hmmm.. she's got the point.

Dan mulailah aku browsing untuk cari tau tentang investment.
Reksadana adalah ide yang ditanamkan Wina ke dalam otakku. Sounds cool, huh? Dengan return yang lebih gede dari menabung secara konvensional di bank dan tentunya juga disertai dengan resiko yang lebih gede juga. Sempat sangat bersemangat untuk langsung invest di reksadana, tapi kemudian ide lain muncul meracuni otakku. Ide tentang unitlink. Ouchhh..
Kok harus balik lagi ke unitlink. Kalo Ligwina denger pasti aku habis deh dicengin sama dia karena masih tetep aja mikirin unitlink. I know it's a big NO for her. It really againts the ideas that she's been promoting since years ago.
Kenapa aku masih mikirin ide tentang unitlink, well, it's simply because I'm thinking about the future of my little angel, Jodie.

Unitlink menawarkan security untuk my baby seandainya kelak di tengah jalan si emak dan bapaknya ini kenapa-napa. Kita kan gak tau apa yang akan terjadi nanti, jadi sedia payung sebelum hujan, itu tujuannya.

Tapi reksadana juga menawarkan sesuatu yang lebih besar, walopun dengan resiko yang juga lebih besar. Tapi resiko itu ga akan terasa kalo tujuan investasi kita adalah untuk jangka panjang.

Ah benar-benar sesuatu yang harus aku pikirin masak-masak sebelum bertindak.
Musti rajin cari tau lebih banyak biar pinter.
Semoga aku bisa memutuskan yang terbaik untuk masa depan kami.

*still a lil' bit bingung"